Layang Gantung atau biasanya disebut dengan Gantolle adalah salah satu olahraga angin. Gantolle disamping sebagai olahraga rekreasi bisa juga menjadi olahraga yang diperlombakan.
Dalam olahraga gantolle alat yang digunakan adalah sejenis pesawat yang lebih sederhana, hanya terdiri dari sayap kain yang berangka-metal. Sedangkan pilot menggantung dengan sebuah harness yang terdapat dikerangka sayap.
Sejarah Layang Gantung
Layang gantung atau Gantole dapat ditelusuri kembali ke masa Ibnu Firnas. Ketika itu manusia memiliki keinginan agar bisa terbang seperti burung, Leonardo da Vinci, seorang pelukis dan ilmuwan dari Italia akhirnya membuat sketsa agar manusia dapat terbang. Namun, jauh sebelum da Vinci, manusia yang pertama kali telah terlebih dahulu melakukan terbang di udara adalah Ibnu Firnas.
Di masa pemerintahan Khalifah Abdul Rahman II (852 M), Ibnu Firnas melakukan ujicoba ‘terbang’ dari menara Masjid Mezquita di Cordoba dengan menggunakan semacam sayap dari jubah yang disangga kayu.
Dengan sayap hasil ciptaannya itu, Ibnu Firnas dapat melayang sebentar di udara dan memperlambat jatuhnya. Dengan alat itu Ibnu Firnas dapat mendarat walau dengan cedera ringan.hasil uji coba itu, tak lantas membuat Ibnu Firnas berpuas diri. Dan dia pun kembali melakukan serangkaian uji coba, dan mengembangkan konsep dan teori dari gejala-gejala alam yang kerap diperhatikannya.
Pada tahun 875, saat usianya menginjak 65 tahun, Ibnu Firnas merancang dan membuat sebuah mesin terbang yang merupakan cikal-bakal layang gantung yang mampu membawa manusia. Dia mengundang masyarakat yang berada di Cordoba, untuk melihat alat baru hasil ciptaannya dan menyaksikan penerbangan bersejarahnya di Jabal Al-‘Arus (Mount of the Bride) di kawasan Rusafa, dekat Cordoba.
Penerbangan yang disaksikan oleh masyarakat secara luas itu terbilang sangat sukses. Tetapi, karena cara meluncur yang kurang baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama layang gantung buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Akibat Cedera ini Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan ujicoba berikutnya.
Penyebab kecelakaan itu terjadi karena Ibnu Firnas tidak memperhatikan bagaimana seekor burung menggunakan ekornya untuk mendarat. Dia pun tidak menambahkan ekor pada layang gantung buatannya. Hal inilah yang mengakibatkan dia gagal mendaratkan alat ciptaannya dengan sempurna.
Ilmuwan muslim lainnya, Hezarfen Ahmad Celebi dari Turki berhasil menyeberangi Selat Bospurus di Istanbul. Aksinya itu ia lakukan pada tahun 1630-1632 M. Ahmad berhasil terbang dengan layang gantungnya dengan melompat dari menara Galata yang berketinggian 55 meter. Dengan layang gantungnya ia dapat terbang sejauh 3 km dan berhasil mendarat dengan selamat.
Manusia telah mencoba melakukan terbang bebas di hampir setiap fase sejarah modern. Ketika Wright Bersaudara menciptakan penemuan mereka untuk penerbangan bermesin, mereka mengasah keterampilan terbangnya dengan menggunakan "gantolle". Gantolle akhirnya dilupakan setelah penerbangan bersejarah Wright Bersaudara di Kitty Hawk, seluruh dunia menjadi semakin tertarik pada pengembangan teknologi penerbangan bermesin
Hingga tahun 60-an gantolle tidak pernah lagi muncul, sampai penelitian Dr. Francis Rogallo dengan "Sayap Rogallo" dalam sebuah proyek NASA untuk sistem pemulihan untuk pesawat ruang angkasa. Francis tidak menyadari behwa desain sayapnya, memulai kembali kelahiran dari gantolle.
Perkembangan gantolle di zaman modern, mulai menggabungkan teknologi dan peralatan elektronik. Dan setiap gantolle yang akan terbang harus lolos dari uji beban dan memiliki sertifikat kelaikan udaranya.
Pilot-pilotnya yang terbang harus dilengkapi dengan altimeter, variometers, parasut cadangan dan bahkan komputer penerbangan onboard. Terbang sejauh 100 sampai 200 kilometer bukanlah hal yang tidak biasa. Manfred Ruhmer dari Austria memecahkan rekor dunia untuk terbang sejauh 700,6 kilometer pada tahun 2001.