Belajar Sejarah Bendungan


Manusia telah membangun sebuah bendungan sejak ribuan tahun yang lalu. Awalnya jenis bendungan hanyalah sebuah pondasi dari bumi yang dipadatkan sesuai kemampuan saat itu. Sadd-el Kafara adalah bendungan yang dibangun di selatan kota Kairo (Mesir) antara tahun 2950 dan 2750 SM. Bendungan ini mempunyai ketinggian 12 meter dan terdiri dari dua dinding yang dibuat dari puing-puing yang mempunyai ketebalan  atara 14-36 meter dengan bagian tengahnya diisi berbagai campuran material. Dan bendungan ini, diperkirakan hancur karena terjadinya  limpahan air yang berlebih.

Earth dam yang lain juga diperkirakan telah dibangun di Ceylon sekitar tahun 500 SM, yang menggunakan material timbunan 13 juta meter kubik.

Dan kemudian sekitar tahun 1200 M, banyak bendungan hasil urugan di daerah Ceylon, yang mempunyai ketinggian antara 12 sampai 27 meter. Sekitar tahun 1500 bendungan urugan juga dibangun di daerah India yang dinamakan The Madduk Masur Dam, mempunyai  ketinggian 30 meter, namun tidak bertahan lama hancur karena tidak tersedianya spill way.

Pada awalnya setiap bendungan urugan umumnya menggunakan tanah homogeny yang diangkut dengan tenaga manusia dan dipadatkan dengan menggunakan tenaga binatang. Estrecho de Rientes Dam dibangun pada tahun 1789 di Spanyol, mempunyai ketinggian 46 meter, akan tetapi bendungan tersebut langsung hancur pada waktu diisi dengan air. Hal ini merupakan kemunduran dari bendungan tipe urugan. Dan kemajuan yang besar pada teknologi yang menjamin kekedapan bendungan urugan terhadap air dilakukan oleh Telford (1820) dengan menggunakan lempung puddle sebagai inti bendungan.
-
Perkembangan jenis bendungan dicapai oleh manusia sesuai dengan kemajuan pengetahuan yang dicapainya, diantaranya bendungan beton yang biasa disebut arch dam. Arch dam yaitu bendungan yang berbentuk lengkungan untuk mendapatkan kekuatan yang lebih besar. Pada zaman Roman arch dam yang barangkali dibangun pada abad pertama, diperkirakan terletak di sebelah utara Italia dan sebelah selatan Prancis.

Dan antara tahun 1611 sampai dengan 1613 dibangun arch dam ponte alto dengan ketinggian 5 meter. Pada tahun 1752 berkembang kemampuan membangun dam dengan tinggi 17 m pada tahun 1824, 5 buah dam bertambah dengan tinggi mencapai 25 meter.

Kemudian berikutnya tahun 1847, 50 buah bendungan bertambah dengan tinggi mencapai 33 m. Dan tinggi bendungan sampai dengan tahun 1887, tetap pada tinggi tidak lebih dari 36 m. Pada masa ini, perencanaan bentuk fondasi bangunan bendungan tampaknya sedang mencari-cari pilihan  yang baik.

Benua Australia merupakan benua paling kering di dunia, oleh karena itu era bendungan yang modern berkembang dari sini. Bendungan lengkung (arch dam) dengan ketebalan badan yang tipis, diperkirakan mulai dibangun di New South Wales, Australia. Dan pada akhir abad 19, menjelang pertengahan abad 20, telah banyak bendungan yang telah mencapai ketinggian lebih dari 250 m dan beberapa lebih dari 300 m.
-
Salah satu bendungan yang mempunyai tinggi di atas 300 meter adalah Bendungan Rogun, yang terletak di Sungai Vakhsh di Tajikistan, dengan ketinggian 1.099 kaki (335 m). Dan bendungan yang di bangun di sungai yang sama adalah Bendungan Nurek, yang terletak di bawah Bendungan Rogun, dengan ketinggian 300 meter. Bendungan tersebut dibangun untuk menyediakan air untuk keperluan irigasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). 

Dikarenakan begitu besarnya kedua bendungan tersebut, dan terlalu besar volume air yang bisa di tampung, membuat para pakar khawatir, bahwa berat air yang ditampung tersebut dapat meningkatkan aktifitas gempa bumi di daerah sekitarnya.

Diperkirakan pada tahun 1997 saja, sudah ada 40 ribu buah bendungan besar, dan 800 ribu buah bendungan kecil yang berada di seluruh dunia. Di Indonesia pun, terdapat bendungan yang tersebar di pulau-pulau besar seperti Sumatra, Jawa, Sulawesi, NTB, NTT. Bendungan-bendungan tersebut antara lain adalah :

Batu Tegi, Lampung
Jatiluhur, Jawa Barat
Saguling, Jawa Barat
Pamarican, Jawa Barat
Cirata, Jawa Barat
Sempor, Jawa Tengah
Gajah Mungkur, Jawa Tengah
Kedung Ombo, Jawa tengah
Mrica, Jawa tengah
Tulis, Jawa Tengah
Cacaban, Jawa Tengah
Nawangan, Jawa Tengah
Karang Kates , Jawa Timur
Pekalen Sampeyan, Jawa Timur
Grogak, Bali
Sumi, NTB
Gapit, NTB
Pelaperadu, NTB
Batu Bulan, NTB
Tilong, NTT
Bili-bili, Sulawesi Selatan

Masalah besar yang akan dihadapi manusia dimasa yang akan datang adalah memenuhi kebutuhan akan ketersediaan air tawar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan itu, pembangunan bendungan-bendungan besar  pasti akan berlanjut sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia. 

Artikel Lainnya: