Berbagai nama penyebutan jamblang di daerah Indonesia:
Jambe kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalang (Minangkabau), jambelang (Melayu), jamblang (Sunda, Jawa).
Jamblang dapat ditemui baik dibudidayakan ataupun tumbuh liar di Asia tropis dan Australia. Pohon jamblang mempunyai daerah persebaran alaminya di Himalaya bagian subtropis, India, Sri Lanka, Malesia dan Australia. Saat ini telah ditanam diseluruh kawasan tropika dan subtropika. Di Pulau Jawa, pohon jamblang tumbuh liar di hutan dan dibudidayakan sebagai pohon buah di pekarangan. Pohon ini dapat tumbuh di daerah dataran rendah hingga 500 mdpl. Walaupun demikian, ia juga dapat tumbuh pada ketinggian 1800 mdpl. Umumnya, jamblang diperbanyak dengan biji, namun kultivar-kultivar yang unggul bisa diperbanyak dengan cangkok.
Buah jamblang biasa dimakan segar. Di India dan Filipina, seperti juga kebiasaan di beberapa daerah di Indonesia, buah jamblang yang masak dicampur dengan sedikit garam dan kadang-kadang ditambahi gula, lalu dikocok di dalam wadah tertutup (biasanya dua mangkuk ditangkupkan) sehingga lunak dan berkurang sepatnya. Buah ini dapat mengurangi noda di gigi. Buah yang kaya vitamin A dan C ini juga dapat dijadikan sari buah, jeli atau anggur. Di Filipina, anggur jamblang diusahakan secara komersial.
Kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan, meskipun tidak istimewa dan agak mudah pecah. Kayu ini cukup kuat, tahan air dan rayap, sekalipun agak sukar dikerjakan. Yang terlebih sering ialah digunakan sebagai kayu bakar. Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai (ubar) jala. Kepingan kecil pepagan ini juga kadang-kadang dibubuhkan untuk menghambat keasaman tuak. Daunnya kerap digunakan sebagai pakan ternak.
Manfaat buah Jamblang
Jamblang bersifat sejuk, aromatik, dan bersifat astringen kuat. Bijinya bisa juga untuk mengobati strikhnina (strychnine), yaitu sejenis penawar racun yang spesifik, dan mengobati pengobatan limpa. Hasil penelitian di India menunjukkan bahwa buah jamblang berpotensi sebagai alat kontrasepsi untuk laki-laki. Kemudian, hasil penelitian juga menunjukkan biji, daun, dan pepagan jamblang dapat menurunkan diabetes, yang dipertegas lagi dengan percobaan binatang yang menunjukkan tumbuhan ini mencegah katarak akibat diabetes. Jamblang mengandung minyak atsiri, jambosin, asam organik, triterpenoid, dan resin yang mengandung asam elagat, dan tanin. Praktisi Ayurweda menunjukkan bahwa daging buah menurunkan darah selama 30 menit, bijinya menurunkan gula darah dalam waktu 24 jam, dan hasil maksimum pencapaian efek hipoglikemik dalam waktu 10 hari.
Beberapa bagian tumbuhan juga dipergunakan sebagai bahan obat, tradisional maupun modern. Kulit batang, daun, buah dan bijinya acapkali digunakan sebagai obat kencing manis, murus (diare), dan beberapa penyakit lain. Bahkan simplisia dari kulit batang (dikenal sebagai Syzygii cortex) dan biji jamblang (disebut Syzygii semen) dahulu dianjurkan sebagai sediaan apotek yang tidak wajib. Di samping tanin, bahan aktif yang dikandungnya antara lain adalah glukosida yambolin (jamboline). Oleh pengobat tradisional di Amerika Selatan, jamblang bersama ceremai belanda untuk mengurangi kerusakan jantung dan hati penderita kanker yang mendapat kemoterapi doxorubicin (doksorubisin). Jamblang dan Eugenia caryophyllata mengandung senyawa yang dapat mengaktifkan enzim S-transferase di hati. Pada percobaan, enzim tersebut dapat menurunkan kejadian kanker lambung hingga 80%. Sebagian wilayah di Asia Tenggara menggunakan akar jamblang untuk mengobati epilepsi. Di Dataran Tinggi Gayo, jamblang yang sering disebut nunang digunakan untuk mengobati mencret.
Pohon jamblang juga sering ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan dan perkebunan (misalnya untuk meneduhi tanaman kopi), atau sebagai penahan angin (wind break). Bunga bunganya baik sebagai pakan lebah madu.
Referensi:
terapi herbal berdasarkan golongan darah, penulis Ir. Lukas Tersono Adi.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jamblang
https://alamendah.org